05 Agustus 2008

Paradox Nilai dalam Pendidikan

Sore itu di sebuah rumah...
terdengar percakapan antara seorang bapak dengan anak laki-lakinya : 'Nak, bapak capai mau tidur dulu ya... Nanti kalo ada tamu bilang bapak tidak ada di rumah'
Suatu pagi di ruang kelas 3 ...
guru sedang mengabsen siswanya, siapa yang kemarin sholat lima waktu?
seorang anak mengangkat tangannya dan berkata "saya sholatnya cuma 3 bu guru"
bu guru berkata " lho, kamu kan sudah kelas tiga kenapa sholatnya cuma 3..
dengan spontan si anak menjawab " lha wong bapak saya aja nggak sholat ..."
bu guru : ??????
Di sebuah sekolah dasar, guru sedang dipusingkan anak didiknya yang ketangkap basah merokok....
disidanglah si anak, "berapa kali kamu merokok" kata guru, "3 kali, ada yang menjawab 5 kali ada yang menjawab 8 kali, "kenapa kamu merokok" lanjut guru, jawaban mereka beragam ada yang mengatakan saya lihat bapak saya merokok, diiklan kan bilang kalo merokok jadi lelaki sejati, yang merokok paling banyak menyatakan saya ingin mencoba merk (... bayangkan padahal ada berapa merk...), dan ungkapan kritispun muncul dari si anak, ...lha kalo dilarang kenapa dijual ...???????

Tiga kejadian diatas merupakan pelajaran berharga bagi kita yang peduli pendidikan, bahwa dalam pendidikan kita masih banyak paradox nilai (nilai yang kontraproduktif) yang disodorkan pelaku pendidikan, siapa pelaku pendidikan???
Pada dasarnya anak-anak kita menjalani pendidikannya tidak hanya di sekolah, dia tumbuh dan berkembang di rumah, sekolah dan masyarakat. Maka pendidikan yang berhasil yang kita inginkan (berkarakter/berkompetensi) akan bisa kita raih apabila tiga unsur terpadu dalam pola asuh. Saat ini paradox nilai menggejala di lingkungan kita maka bagaimana anak didik kita tidak bingung ketika disekolah diajari kejujuran, dirumah kadang dia dapati bapak/ibunya jujur, kadang tidak, di masyarakat dia lihat korupsi merajalela. Atau ajaran tentang menutup aurat di sekolah diajari, di rumah juga, di masyarakat dia lihat tontonan, iklan, majalah mengumbar aurat 'you can see my kelek/udel, bagaimana anak kita bisa utuh kepribadiannya. Atau justru di sekolah beberapa kasus ditemui guru yang melakukan kekerasan terhadap siswanya, merokok, atau tindakan tidak terpuji lainnya, padahal keteladan mutlak dituntut dari semua unsur pendidik.
Renungan berharga ini semoga menggerakkan kita semua untuk memperbaiki pendidikan tidak hanya fasilitas sekolah, tetapi semua unsur di masyarakat konsisten dengan nilai-nilai kebaikan...
Kunci semua itu adalah KETELADANAN di rumah, di sekolah dan di masyarakat...
pekerjaan luar biasa yang butuh komitmen besar bersama ...

1 komentar:

Haris Abdul Hakim mengatakan...

tulisannya asik, bisa dicopi ya

Assalamualaikumwr. wb.
Segala puji bagi Allah SWT. yang mengaruniakan kasih sayang terbesarnya berupa Nabi Muhammad sebagai uswah yang menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Teriring salam buat beliau Saw.

Salam kenal, saya Haris Abdul Hakim, seorang Book Advisor untuk keluarga dan terutama anak-anak. Saya memperkenalkan produk-produk perusahaan kami yang sangat concern dengan perkembangan anak dalam menumbuhkannya sebagai generasi yang Qurani, salih, dan berkemajuan dengan zaman.

Apabila Antum berminat, antum dapat menghubungi saya via atau cukup SMS dengan mengetik "MDS" dan kirim ke 081 553 632 853 atau 031-7787 9667.

silahkan mampir di www.bustanulathfal.blogspot.com
Terimakasih atas waktunya untuk membaca ini. semoga sejahtera menyertai kita selalu.

Amien.

Wassalamualaikum.

Haris Abdul Hakim